Monday, February 22, 2010

selir hati (oooh, aku rela)


Jadi iseng mau nulis tentang lagu ini.
Liriknya tuh dalem banget.
Judulnya aja udah selir hati.
Judul yang pintar menurut saya (bravo buat Ahmad Dhani)
Selir menurut KBBI 1se·lir Jw n gundik;
sementara Gundik itu menurut KBBI gun·dik n 1 istri tidak resmi; selir; 2 perempuan piaraan (bini gelap);
Berikut liriknya (T.R.I.A.D-selir hati) :


aku cinta kamu
tapi kamu tak cinta aku
ku tak pernah tahu apa salahku
hingga kamu tak suka aku
tak mau aku

mungkin di matamu
aku tak pantas untukmu
tapi tak mengapa
aku sadari kekuranganku ini
reff:
aku rela oh aku rela
bila aku hanya menjadi
selir hatimu untuk selamanya
oh aku rela ku rela
aku sudah bilang
ku kan terus mengagumi
ku kan terus cinta
terus merindu
meski kau diam saja
kau diam saja
aku rela ooo aku rela
bila aku hanya menjadi
selir hatimu untuk selamanya
ooo aku rela ku rela
ooo aku rela ku rela 

Oke, kita gak akan membahas tentang perselingkuhan kayak ditipi, atau disinetron-sinetron itu.
Tapi saya iseng mikir, pernah gak sih kita memiliki Selir meskipun hanya dihati atau pikiran?
Berselingkuh dalam hati, hanya sekedar membayangkan dengan orang lain, atau bahkan memiliki perasaan sayang terhadap seseorang yang dengan (warasnya) kita tahu bahwa dalam kehidupan nyata kita GAK mungkin dan TIDAK akan pernah mungkin untuk memliki hubungan nyata terhadap orang itu.

Saya punya.
Seorang teman dekat saya punya
Dan saya yakin banyak orang diluar sana punya (mereka gak mau ngaku aja, HAYO.. !)
Pernah gak sih memerdekakan pikiran kita untuk sebebas-bebasnya ‘rela’ terjatuh dalam perasaan semu itu?
Kayak lirik lagu diatas?


aku sudah bilang
ku kan terus mengagumi
ku kan terus cinta
terus merindu
meski kau diam saja
kau diam saja

ooo aku rela ku rela
ooo aku rela ku rela


Ketika sedang bersama orang lain, berharap kita sedang bersama’nya’
Ketika kita sedang ditelpon, berharap dia yang sedang berbicara diujung sana
Ketika kita sedang tertawa, berharap dia yang sedang menceritakan leluconnya
Ketika kita sedih, berharap dia yang bertanya ‘sedih, kenapa?’
Hahaha (sangar ini, sadis, kronis gawatnya)
Ingat, cuma berharap lho (gak lebih, suer)

Salahkah kita?
Tidak, menurut saya.
Entahlah itu pendapat saya.
Tapi sekali lagi, saya gak akan membahas mana yang salah dan mana yang benar
Tidak disini.

Selama kita setia dengan yang ‘nyata’
Selama ‘mereka’ yang semu itu hanya hidup dalam pikiran, hati kita
Selama yang ‘nyata’ tersebut masih aman dan tenteram, nyaman dengan kesetiaan kita
Selama-lamanya mungkin


“mereka’ hanya berwujud semu, meskipun wujud mereka nyata tapi setidaknya ‘ke-nyataan’ mereka tidak akan (atau kita tidak akan membiarkan) ‘ke-nyataan’ mereka menjadi boomerang bagi kita akan kenyataan dengan yang ‘nyata’ itu.
Hehe.


No comments:

Post a Comment