Saturday, January 5, 2013

Karrimor ku mati suri



Namanya Karrimor
Warnanya coklat, berukuran 39 meskipun saya biasa memakai sepatu ukuran 38
Tapi untuk sepatu gunung katanya harus memiliki 1-2 cm lebih besar dari ukuran biasanya
Karena umumnya para pendaki menggunakan kaos kaki tebal, maka selisih 1-2 cm itu tidak akan jauh berbeda dengan ukuran biasanya.
Itu yang mereka bilang, atau setidaknya itu yang saya baca dari berbagai macam postingan teman-teman yang sama-sama hobi mendaki.





Jadilah saya membeli sepatu coklat itu berukuran 1 cm lebih besar dari biasanya.
Saya lihat dia disalah satu website penjual alat oudoor via multiply
Harganya lumayan kala itu, namun karena memang saya butuh.
Akhirnya memutuskan untuk beli, meskipun coklat bukan warna favorit saya.
Namun mengingat medan yang akan dilalui ketika mendaki cukup kasar menurut saya
Tak apalah warnanya coklat, toh saya tidak perlu mengkhawatirkan ketika lumpur mengenai badan sepatunya.

Warnanya lumpur itu akan saru dengan warna asli sepatunya, ilusi optik untuk saya
Sehingga otak saya yang sedikit OCD ini tertipu, bahwa sepatu saya bukan kotor namun memang seperti itu warnanya.
Khawatir berlebihan yang irrasional pun akan menghilang, semua senang.

Dulu kami suka berjalan, merangkak, berlari sampai mendaki bersama
Mengunjungi keindahan dataran-dataran tinggi tanah Jawa.
We were besties, at that time.


Perjalanan pertamanya ke Lawu, gunung Lawu
Saya gugup, mungkin dia pun begitu.
Namun saya penasaran dan bersemangat dan kami pun akhirnya mendaki bersama.
Pertama kalinya dengan sepatu itu.



in case you wonder, im the one with the black hat


Well, time change. People change.
Sekarang perjalanannya jarang yang meletihkan kaki
Dia lebih sering dipakai untuk kegiatan ringan mulai dari jalan santai ke taman sampai digunakan untuk menggowes sepeda
Hal ini dilakukan empunya agar kulit sepatunya tidak rusak, aus dimakan udara dan waktu
Begitu katanya, setidaknya itu yang saya baca (lagi-lagi) dipostingan teman-teman tentang cara merawat sepatu mendaki.
Saya harap dia tidak berkeberatan, kalau hampir separuh hidupnya akhir-akhir ini hanya dilakukan duduk bersandar dipojokkan salah satu sudut di rak sepatu dekat dapur.
Hingga pada akhirnya, mungkin satu hari nanti kita melakukan perjalanan lagi
Menuju tanah-tanah tinggi itu. Lagi.




santai, ditaman Monas



No comments:

Post a Comment